Hari ini Jumat dan puncak kesibukan Eita dalam menyiapkan kunjungan ke panti asuhan. Membayangkan sehabis pulang sekolah dia harus kesana kemari mengantarkan Toru membuatnya semakin lemas. Eita mencangklong tasnya sambil menghela napas panjang. Kemudian berjalan menuju kelas dengan langkah terseok-seok.
Di koridor dia melihat Shoyo sedang asyik berbincang dengan Tsukishima. Senyum mengembang di wajah Eita, lalu dengan cepat ia menghampiri Shoyo.
“Pagi, Shoyo,” sapanya.
Perbincangan dua orang itu terhenti. Shoyo menoleh dan membalas sapaan itu dengan senyuman cerah khasnya. “Pagi Kak Eita!”
Eita melirik ke arah Tsukishima yang memasang wajah datar tidak peduli.
“Boleh gak gua pinjem temen lu sebentar?” izinnya. Tsukishima menelengkan kepala lalu mengangguk. “Ya, tapi jangan lama-lama.” Eita mengangguk kemudian menarik Shoyo menuju koridor yang lebih sepi.
Punggung Shoyo menempel di dinding sebelah mading sekolah, dengan Eita berdiri di hadapannya. Shoyo memasang wajah khawatir. “Kenapa Kak?” tanyanya.
Eita menghembuskan napas lelah. Ditempelkannya dahi di pundak Shoyo. Dapat ia rasakan tubuh Shoyo menegang. Jadi dia menggumam, “Sebentar doang please. Gua lagi capek, mau recharge dulu.”
Tubuh Shoyo bergetar karena tawa. Tak lama Eita dapat merasakan tepukan-tepukan ringan di kepalanya. “Ya udah. Recharge dulu gih,” ujar Shoyo lembut. Eita tersenyum dan memejamkan mata.
Mereka ada di posisi itu selama sekian detik. Eita mengangkat kepalanya dari pundak Shoyo. Ditatapnya laki-laki yang lebih mungil. Sedang Shoyo memberikannya cengiran lebar.
“Lagi capek banget ya?” tanya Shoyo sarat akan kekhawatiran. Eita mengangguk pelan. Jari telunjuk Shoyo bersentuhan lembut dengan dahi Eita saat ia menyingkirkan poni yang menutupi dahi. Eita dibuat termangu dengan gerakan halus tersebut.
Senyuman merekah di wajah Shoyo. “Kalo kayak gini bakal cukup nggak buat bikin lo semangat?” tanyanya sebelum berjinjit dan berikan Eita sebuah kecupan di pipi.
Eita mengedip. Sekali. Dua kali. Kemudian berkali-kali seperti orang yang kelilipan serangga Tawon. Kemudian dia menunduk dan menatap Shoyo tepat di mata.
“Wah, semangat. Semangat banget! Bisa nih gua gabung ke Avengers dan ngalahin Thanos dalam sekali pukul.” Shoyo tertawa mendengar cerocosan Eita.
“Bagus deh kalo bikin Kak Eita bersemangat. Gue gak tau apa yang lo hadapi, tapi… Semangat ya Kak!” ujar Shoyo ditutup dengan senyum manis.
Senyum manis yang memikat. Sebab dia kan Bunga. Dan sekarang Eita lebahnya. Jadi dengan mudah dia terpikat pada senyum sang Bunga.
Senyum serupa mengembang di wajah Eita. “Iya, makasih ya udah dikasih semangat,” ujarnya.