Di dasar laut yang paling selatan

Kieran
4 min readJan 17, 2024

--

“Kenapa wajahmu cemberut gitu, le? Diputusin pacar?” Mas Geto memberikan segelas energen dengan senyum lebar. Aku melempar ponsel ke sofa di sebelahku kemudian menerima gelas dari Mas Geto. “Masih mending kalau pacar, Mas. Ini mah pacar bukan, tapi bikin pusing.”

Pak Satoru yang duduk di seberang kami pun ikut tertawa. “Pasti Nobara, ya? Ada apa sama dia?” Aku berdecak dan memilih untuk menenggak energen hangat buatan Mas Geto. Hm, rasa jahe.

“Jadi, dari hasil pembicaraan kita tadi, nggak ada yang salah sama jimatku, pelindung Satoru yang ada di sekolah, dan pelindung Sukuna di rumah Yuuji.”

Aku menggumam. Sementara Sukuna duduk bersila di sofa paling pojok sambil mengorek-ngorek kuping. Terlihat sekali bahwa dia ogah-ogahan datang ke pertemuan pagi ini.

“Oy, jangan-jangan ini tipu muslihat Sukuna? Dia yang sengaja bawa setan-setan itu buat nyerang Yuuji?” Pak Satoru menuding Sukuna dengan telunjuknya.

“Haa? Kalau mau menuduh itu yang pintar sedikit, dasar manusia hina!” geram Sukuna.

“Untuk apa aku menyerang bocah itu? Tidak ada untungnya bagiku jika dia mati.” Sukuna mendengus.

Memang benar apa yang dikatakannya. Kali ini aku melirik ke arah Pak Satoru. Ah, om-om satu itu memang hanya ingin membuat Sukuna kesal.

“Selain kamu, apa ada lagi yang sekiranya mengincar keturunan Gumelar?” tanya Mas Geto yang membuatku jadi kepikiran.

“Hm, banyak.” Aneh rasanya melihat diriku sendiri sedang mengusap-usap dagu seolah aku punya janggut. Apa mungkin bentuk asli Sukuna itu harimau berjanggut? “Aji Gumelar adalah ksatria yang sakti. Semua makhluk, baik yang di Jagat dan di Akasa, mereka semua menginginkannya.”

Aku mengangguk-angguk. Keren juga kakek moyangku itu.

“Aku jadi penasaran.” Pak Satoru meregangkan kaki-kakinya yang panjang, kemudian menaruhnya di atas meja. Mas Geto mendelik, tetapi dia tidak menggubrisnya. “Apa sih yang dilakukan ayah Aji Gumelar sampai dia desperate minta bantuan raja siluman?”

Kini aku fokus menyimak cerita Sukuna. Sangat jarang Sukuna mau membuka mulut. Mungkin karena ini adalah rumah Mas Geto, yang dipenuhi berbagai macam mantra, dan mungkin di antaranya ada yang seperti catnip, yang bisa bikin Sukuna di awang-awang. Jadi Sukuna berlagak seperti orang mabuk.

“Aku belum menyebutkannya?”

Kami bertiga menggeleng.

“Kau tidak tahu orang itu? Dialah yang mengubur Singasari ke dalam tanah, dan dia jugalah yang babat jalan untuk Wijaya dirikan Maharaja Majapahit.”

Aku tercengang mendengarnya. Beruntung gelas energen itu sudah aku letakkan di atas meja.

“Aku masih ingat bau darah dan segarnya angin yang meniup perasaan dendam. Benar-benar menggairahkan. Sayangnya, masa-masa indah itu harus berakhir dengan pengkhianatan.” Sukuna melirik ke arahku. Keempat matanya merah menyala.

“Wah, sejarah nggak ngajarin kita sampai ke sana,” komentar Mas Geto.

“Kalau aku jadi Raja,” Pak Satoru melirik ke arah Sukuna. “Jelas aku akan menyembunyikan fakta kalau aku bekerjasama dengan makhluk sebengis itu.” Sukuna hanya tertawa dan mengambil sebungkus kuaci di meja.

“Oke, yeah, wow! Leluhurku keren. Sekarang kita balik lagi ke topik adanya pihak ketiga. Yang terhormat Pak Satoru, dan Mas Geto, juga Sukuna. Aku beneran nggak mau mati dimakan iblis!” rengekku.

Pak Satoru menatap Sukuna dengan wajah serius. Bahkan dia sampai mengubah posisi duduknya. “Aku tahu kamu sudah punya dugaan,” ujar Pak Satoru.

Sukuna tersenyum dengan menyeramkan. “Kalau kalian mampu mencarinya di sepanjang garis pantai selatan, maka lakukanlah.”

Kami bertiga bertatapan secara bergantian. Tidak ada lagi makhluk spiritual yang menguasai pantai selatan selain Nyi Roro Kidul. Padahal sosok Nyai itu hanyalah mitos, bualan, cerita rakyat.

Asal usulnya pun menjadi perdebatan. Ada yang mengatakan bahwa Nyi Roro Kidul adalah Putri Kandita, putri dari Prabu Siliwangi yang disantet ibu tirinya, kemudian memutuskan untuk menenggelamkan diri di pantai selatan.

Yang lain bilang, bahwa Nyi Roro Kidul adalah istri siri Raden Wijaya yang membantunya membangun Majapahit. Dan terakhir, dia dirumorkan sebagai istri spiritualis bagi Raja-Raja Keraton Yogyakarta terdahulu. Yang manapun itu, kebenaran soal sosok Nyi Roro Kidul ditepis dengan ketiadaan sosoknya dalam kitab manapun.

Pak Satoru dan Mas Geto memasang ekspresi kembar di wajah. Aku paham mengapa mereka tampak ragu dengan omongan Sukuna. Siluman itu tidak pernah memihak kami, jadi ada kemungkinan bahwa perkataannya itu hanya bualan belaka. Tetapi ada kemungkinan bahwa sosok Nyi Roro Kidul itu benar-benar ada. Jika Sukuna, siluman yang juga hanyalah mitos, ada di hadapan kami, bukankah ada kemungkinan bahwa Nyi Roro Kidul juga begitu?

Sementara itu, di dasar laut yang paling dasar dan yang paling selatan, seorang perempuan cantik duduk di singgasana dengan wajah bosan.

“Tidak bisa begini terus-terusan. Aku akan mati yang kesekian kali karena bosan,” keluhnya.

“Bagaimana jika berjalan-jalan menikmati pemandangan di luar, Ndoro?” ujar seorang lelaki muda yang berlutut di sebelah kanan singgasana.

“Ah, ya, kau benar. Sudah lama aku tidak menjenguk daratan.” Perempuan itu berdiri, tangannya terentang ke depan, kemudian berteriak dengan lantang. “Cepat siapkan keretaku! Malam ini aku akan keluar untuk berpatroli!” Laki-laki muda yang sedari tadi mengerubunginya langsung berlarian menyiapkan apa yang dia pinta.

Ia kembali duduk di singgasana. “Hm, mungkin malam ini aku akan mampir ke kandang kucing. Siapa tahu dia merasa kesepian dan butuh penghiburanku, betul?” Dayang laki-laki yang setia di sisinya pun mengangguk, mengamini segala hal yang diucap oleh Sang Ndoro.

--

--

Kieran
Kieran

Written by Kieran

check on my lists for chaptered fanfics!

No responses yet